Sabtu, 11 Juli 2020

Keramat, 7 Motif Batik ini Haram digunakan Orang Biasa Waktu Masuk dalam Keraton Yogyakarta

Batik ialah kain kebanggaan Indonesia yang umum dikenai pada hari biasa atau moment spesifik. Batik ini dapat digunakan oleh siapa saja tanpa ada mengenali posisi sosial dari sang pengguna. Tetapi, jika kamu bertandang ke Keraton Yogyakarta, ada banyak motif batik yang terlarang untuk dikenai oleh orang biasa. Kenapa? Sebab, batik motif ini cuma bisa digunakan untuk orang yang punyai pangkat tinggi.

Serta nih guys, beberapa motif batik buat masyarakat Yogyakarta dipandang "keramat" serta cuma bisa digunakan oleh keluarga kerajaan. Motif-motif batik yang akan Boombastis.com ulas di bawah ini konon punyai kemampuan spiritual tertentu hingga pancarkan karisma seorang Raja Ngayogyakarta. Apa sajakah? Cuss baca dalam penjelasannya di bawah ini!

Batik motif parang
Merilis dari medcom.id, batik motif parang ini dibuat Panembahan Senapati. Motif ini mulai dilarang waktu pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1785. Panembahan Senopati membuat motif ini sebab di inspirasi waktu memperhatikan gerak ombak Laut Selatan yang menimpa karang di pinggir pantai.



Skema garis lengkungnya disimpulkan untuk ombak lautan sebagai pusat tenaga alam. Dalam hal tersebut yang disebut ialah posisi raja. Hingga, dalam keraton, motif ini cuma bisa dikenai oleh sultan seragam batik , permaisuri, putra mahkota, putri sulung sultan, putra sulung sultan dan istrinya.

Batik motif Udan Liris
Udan liris bermakna hujan gerimis. Batik ini adalah salah satunya simbol kesuburan buat tumbuhan serta ternak. Arti dari motif ini yakni pengharapan supaya penggunanya selamat sejahtera, tabah, serta berprakarsa dalam menjalankan keharusan untuk kebutuhan nusa serta bangsa.

Motif ini digunakan untuk beberapa saudara kerajaan, seperti cucu raja, selir serta beberapa putra-putrinya, buyut, cicit, dan canggah. Jika kamu bukan siapa saja, lebih bagus jangan menggunakan motif ini jika ingin ke keraton!
Batik motif Semen

Semen ini dalam bahasa Jawa bermakna ‘semi' atau ‘tumbuh'. Motif ini berarti kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta. Dalam motif semen, akan ada gunung, sayap, garuda, naga, atau candi yang jadi gambar pelengkap. Orang yang kenakan batik ini diinginkan dapat jadi figur yang dapat membuat perlindungan siapa saja yang ada di bawahnya.

Ada dua tipe motif Semen yang terlarang kamu gunakan waktu ke keraton, yakni Semen Gedhe Sawat Gurdha, Semen Gedhe Sawat Lar. Motif ini terkhusus untuk beberapa saudara kerajaan saja. Tetapi, rupanya ada pengecualian loh, Motif Semen tanpa ada lukisan Meru (gunung), Garuda (sawat), serta Sayap (lar), bisa digunakan siapapun tak perlu mempertimbangkan garis turunannya.

Motif Cemukiran
Sama seperti yang dikutip dari kratonjogja.id, motif cemukiran berupa lidah api atau cahaya. Api ialah faktor kehidupan yang melambatgkan keberanian, kesaktian, serta tekad. Skema seperti cahaya dimisalkan sinar matahari yang melambatgkan kedahsyatan serta keagungan.

Entahlah itu cahaya atau api dalam ide Jawa ialah Mawateja, yaitu persyaratan yang harus dipunyai seorang raja. Oleh oleh karena itu, yang bisa menggunakan batik ini hanya raja serta putra mahkota (yang nantinya jadi penerus tahta).

Motif Kawung
Motif selanjutnya ialah Kawung. Kawung ini ialah satu skema geometris dengan empat bentuk elips yang melingkari satu pusat. Bagan semacam ini diketahui dalam tradisi serta budaya Jawa untuk keblat papat lima pancer. Ini dimaknai untuk empat sumber tenaga alam atau empat pelosok mata angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar